RSS

Arsip Bulanan: Agustus 2021

Kebaikan tak pernah menua.

Pagi ini datang sebuah pesan online di HP ku, ternyata sebuah pesan dari teman lamaku.

Isinya tidak banyak hanya sebuah curahan hati seolah bebannya sudah terlalu berat dan ingin tumpah. Dan tumpahlah di pesan panjang itu.

“Aku sekeluarga terkena covid dan sedang isolasi mandiri. Hari ini aku hanya bisa menangis ketika mendapati adikku sendiri datang ke depan pintu rumah untuk memohon bantuan karena keluarganya tiba-tiba sakit, tapi raga ini tidak diijinkan menemuinya. Badanku hanya bisa lunglai di balik pintu rumah, ketika mendengar adikku berteriak minta tolong dalam tangis juga!”

Tak tahan aku membaca pesan itu dan kutelpon si pengirim pesan. Dan tangisnyapun pecah.

Ya, kadang manusia butuh tempat bicara. Hanya butuh bicara untuk di dengar, tidak perlu dikomentari, apalagi dibandingkan.

“Aku lebih lega sekarang setelah menceritakannya.” Pungkasnya di akhir pembicaraan dan telponpun kami tutup.

Pikiranku tiba-tiba berkilas balik ke beberapa tahun yang lalu. Ada saat ketika bahkan aku tidak mampu memberi sesuatu pada ibuku sendiri, temanku, si pengirim pesan tadi, tiba-tiba menitipkan sesuatu untuk ibuku yang kebetulan saat itu sangat beliau butuhkan. Teman yang sangat baik dan bersyukurnya aku mengenalnya.

Saat itu lagi-lagi kuyakini, benar adanya, dalam hidup, setelah kesulitan akan datang kemudahan, bahkan dari arah yang tidak kita duga.

Tuhan kadang sesekali memberi kita kesulitan agar kita bisa tahu nikmatnya kemudahan.

Jika mudah terus, apakah akan tahu pula akan artinya sulit?! Jika tidak diberi sakit, kadang kita lupa nikmatnya sehat. Coba bayangkan jika tidak datang masa tua, Tuhan tahu manusia akan lalai dimasa mudanya.

Kembali ke cerita kawan lamaku itu. Inilah saat membalas budi, pikirku sesederhana itu, ketika kukirimkan paket obat untuk teman dan keluarganya yang sedang sakit itu. Bagiku itu kewajiban dan bukan juga sesuatu yang perlu dibanggakan, apalagi dipamerkan.

Singkat cerita, temanku dan keluarganya itupun sehat kembali. Bukan semata karena obat yang kukirimkan, karena kiriman obat-obatan buatnya ternyata datang berduyun-duyun dari teman dan kerabat. Begitulah orang baik, dia tidak akan menyadari ketika benih kebaikan yang dia tanam sudah saatnya panen.

Ironisnya obat yang kukirim tiba-tiba ingin dia bayarkan dan tentu aku tolak sesuai niat awalnya. Rupanya dia lupa apa yang kulakukan tidak sebanding dengan kebaikan dia padaku selama ini yang dia tanam.

Tuhan, kebaikan memang tidak pernah menua dan dia akan selalu diingat bahkan ketika si pemiliknya telah lupa.

LUPAKANLAH SEGALA KEBAIKANMU PADA ORANG LAIN SETIAP MALAM MENJELANG TIDUR. NAMUN JANGAN PERNAH LUPAKAN KEBAIKAN ORANG LAIN PADAMU BAHKAN SAMPAI MENJELANG TIDUR TERAKHIRMU KELAK.

Kutulis ini sambil bercermin.

Bogor, 9 Agustus 2021

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 16, 2021 inci Uncategorized